Ummah

Berkatmu wahai pelita cahayaku

Kuberanikan diri tuk menengok kebelakang

Menaungi kenangan yang berkali-kali telah kurasakan

Memetik kata demi kata yang dapat jadikanku berubah

Lihat sekilas bayangan yang dulu pernah memancar

Tumpukan bangunan dalam sepah pahitnya keberagaman

Lembaran kertas pengetahuan

Apalah arti sebuah pengetahuan

Tatkala pengetahuan membunuhmu

Apakah kau tetap akan merangkulnya

Dalam sebuah lembaga hingga terhina

            Selebaran kertas yang telah kau sebarkan

            Sekelompok pengetahuan dalam perkumpulan

            Sebuah doktrin akan perdamaian

            Masihkah kau anggap itu sebuah pengetahuan?

Zee

Zenius berkata “tak ada rumus kimia, fisika ataupun matematika yang sulit 

masuk dalam memori

Entah sampai kapan semua rumus kan bersinar bagai bintang

Ejaan yang telah disempurnakan bagai langit datar tanpa celah sedikitpun

Jatidiri yang kau sembunyikan dengan segala misteri yang kau miliki

Bagaimana tidak? Kau buatku linglung akan perbedaan

Trip to myself

Seakan ku tersesat dijalan yang benar

Jalan dimana ruh kan mendayung cita

Jalan dimana otak kan berputar menangkap fikiran

Jalan dimana disaat sulit tak kan ada bantuan

Jalan dimana disetiap kebersamaan kan s’lalu ada

Jalan dimana penantian senantiasa berpihak

Jalan dimana kesesatan akan panah petunjuk

Jalan dimana ruh harus mencari tempat tuk keluar dari angin yang mendidih

Toleransi

Agama adalah sandaran

Sandaran pertimbangan suatu perbuatan

Tatkala tetesan air mata turun

Dan kini t’lah jadi hujan

      Rubah warna

      Tak semudah kata

      Rubah air mata

      Tak semudah benua

Pertanyaan sebuah pernyataan

Inikah arti dari sebuah perkataan

Apakah gerangan yang telah kau pikirkan

Wahai insan yang beriman

Wahai simponi semesta alam

Sang Pemimpi

Sampai saat dan detik ini

Sang leo masih pergi

Mencari sang mimpi

Tinggalkan relung hati

Hanya tuk mencari

Tambatan Hati

Tak kusangka petang datang menghampiriku

Tatkala sinar bersembunyi dibalik pohon

Cahaya bola matamu

Jatuh kedalam hati

Kusapa dan kau sapu

Kusapa mentari tiap pagi

Kusapu jalan telusuri waktu

Kusapa langit dengan embun pagi

Kusapu angin tiap pijakan

Desahku kala gundah

Bukanlah apa-apa jika itu dibandingmu

Desahku kala sakit

Bukan maksudku untukku buatmu menangis

Sayap Patah

Tahukah kau…….?

Bagaimana rasa tersesat hinggap

Kian hidup kian malang

Kehilangan jejak kehidupan

Kehilangan jejak peradaban

Peradaban Hifa

Namaku Hifa aku hampir tidak pernah mengenal seorang laki-laki. Disaat semua temanku berpacaran aku bahkan tak tertarik sama sekali untuk pacaran, aku berfikir akan menghabiskan semua waktu yang kupunya untuk mencari pengetahuan di lautan ilmu. Ya lautan ilmu yang memiliki banyak spesies untuk diteliti, untuk dijadikan bahan referensi. Perjalananku mengarungi lautan  ilmu hanya dalam sekejap telah usai, hanya dengan mengedipkan mata.

Kuteruskan perjalananku menuju panasnya mentari setiap hari, kuawali hariku dengan misi: walaupun dulu aku cuek dengan cowok tak peduli dengan apa itu namanya pacaran , kali ini aku mengubahnya, ku ubah hidupku menjadi lebih berwarna dikanvas yang telah bertahun-tahun kusediakan untuk coretan dalam diriku. Sebuah  hidup yang menjadikanku lebih bersemangat dari sebelumnya dengan mengubah misiku dari yang tak peduli dengan organisasi menjadi lebih peduli, dari yang tak mengenal cowok menjadi terbiasa dengan cowok.

Hari pertama aku tinggal dikota yang padat penduduk, rawan macet, walaupun musim hujan tetap panas, dan kota dimana para cewek dan cowok saling bertatap, saling menyapa dan  saling semuanya. Ok, hari pertama aku sampai dikota Seiko.

This is my story and all about me

Cerita lebih lanjutnya dalam proses penulisan

Chotto matte (selamat menunggu)

by: hifa's latifah 

KEHIDUPAN GIANT CITY

Inilah dimana hati berjalan dengan penuh pengharapan

Menatap langit malam biru indah memancar

Menghempas helai demi helai perdamaian

Kata indah berjalan menunjukkan abjad

Baca petunjuk jejak perjalanan

Hantarkan penat dalam detik tiap jarum jam